Remedial Teaching

| |


Remedial Teaching dalam Pembelajaran Fisika
Oleh : Dinaryo

 
Pengertian Dasar Pengajaran Remedial (Remedial Teaching)

 
1.    Pengertian, Tujuan dan Fungsi Remedial Teaching

 
    a.    Pengertian Remedial Teaching
Remedial teaching atau pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau dengan singkat pengajaran yang membuat menjadi lebih baik, maka pengajaran remedial adalah bentuk khusus pengajaran yang berfungsi untuk menyembuhkan, membetulkan, atau membuat menjadi lebih baik(Ahmadi & Supriyono, 2004:152). Dapat dikatakan bahwa pengajaran remedial itu berfungsi terapis untuk penyembuhan. Yang disembuhkan adalah beberapa hambatan (ganngguan) kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan belajar sehingga terdapat timbal balik dalam arti perbaikan belajar juga perbaikan pribadi juga sebaliknya. Remedial teaching berasal dari kata remedy (Iggris) yang artinya menyembuhkan.
Seperti telah kita ketahui bahwa dalam proses belajar mengajar siswa diharapkan dapat mencapai hasil sebaik-baiknya sehingga bila ternyata ada siswa yang belum berhasil sesuai dengan harapan maka diperlukan suatu pengajaran yang membantu agar tercapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil yang optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa melalui keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan pribadi siswa.
Pengajaran remedial pada mulanya adalah kegiatan mengajar untuk anak luar biasa yang mengalami hambatan (sakit). Dewasa ini pengertian itu sudah berkembang sebagaimana telah diuraikan di atas, sehingga anak yang normalpun memerlukan pelayanan pengajaran remedial (remedial teaching).

 
    b.    Tujuan Pengajaran Remedial
Tujuan pengajaran remedial secara umum tidak jauh berbeda dengan pengajaran biasa yaitu mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan berdasarkan tujuan pengajaran pendidikan nasional. Secara khusus pengajaran remedial bertujuan agar siwa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan sekolah melalui proses perbaikan..Secara terpeinci tujuan pengajaran remedial yaitu :
*    Siswa dapat memahami diri sendiri terutama prestasi belajarnya
*    Dapat memperbaiki/mengubah cara belajar ke arah yang lebih baik
*    Dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat
*    Dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang mendorong tercapainya hasil yang lebih baik
*    Dapat melakaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya

 
    c.    Fungsi Pengajaran Remedial
Menurut Ahmadi & Supriyono (2004:154), dalam keseluruhan proses belajar mengajar, pengajaran remedial mempunyai fungsi :



  1. Korektif, pengajaran remedial dapat diadakan pembetulan atau perbaikan antara lain : perumusan tujuan, penggunaan metode, cara-cara belajar, materi dan alat pelajaran, penilaian, dll



  2. Pemahaman, pihak guru, siswa atau pihak lain dapat memahami siswa



  3. Penyesuaian, penyesuaian pengajaran remedial terjadi antara siswa dengan tuntutan belajarnya.



  4. Pengayaan, pengajaran remedial dapat memperkaya proses belajar mengajar.



  5. Akselerasi, pengajaran remedial dapat mempercepat proses belajar baik dari segi waktu maupun materi.



  6. Terapsutik, secara langsung atau tidak pengajaran remedial dapat memperbaiki atau menyembuhkan kondisi pribadi yang menyimpang

 
    d.     Perbandingan Pengajaran Biasa dengan Pengajaran Remedial.
Berapa hal yang membedakan kegiatan program pengajaran remedial dari kegiatan pengajaran biasa adalah sebagai berikut :
1)    Kegiatan pengajaran biasa sebagai program belajar mengajar di kelas dan semua siswa ikut berpartisipasi.
    Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan belajar kemudian diadakan pelayanan khusus.
2)    Tujuan pengajaran biasa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semua siswa.
    Pengajaran remedial tujuannya disesuaikan dengan kesulitan belajar siswa walaupun tujuan akhirnya sama.
3)    Metode dalam pengajaran biasa sama untuk semua siswa.
    Metoda dalam pengajaran remedial berdiferensial (sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan).
4)     Pengajaran biasa dilakukan oleh guru, sedangkan pengajaran remedial dilakukan oleh tim (kerja sama)
5)    Pengajaran remedial lebih diferensial dengan pendekatan individual
6)    Pengajaran remedial evaluasinya disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

 
    2.    Hubungan Pengajaran Remedial dalam Proses Pembelajaran

 
Sistem penilaian berbasis kompetensi yang direncanakan dalam kurikulum KTSP adalah sistem penilaian yang bekelanjutan dan sistem penilaian akhir (Dirjen Dikdasmen dalam Sukmara, 2007:174). Dalam sistem berkelanjutan, seluruh indikator dibuat soalnya, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai, serta kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Hasil analisis ujian digunakan untuk menentukan tindakan perbaikan berupa program remedial. Apabila sebagian besar siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, maka dilakukan lagi proses pembelajaran, sedang yang telah menguasai kompetensi dasar tertentu diberi tugas untuk pengayaan.
Menurut Sukmara (2007 : 175) sistem penilaian berkelanjutan, dicirikan dengan adanya tindak lanjut dari hasil pengujian, yakni :



  1. Remedial, diperuntukan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan minimal



  2. Pengayaan, untuk siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal.



  3. Percepatan, yakni bagi siswa yang telah mencapai ketuntasan maksimum.
Demikian juga, evaluasi sebagai salah satu komponen proses kegiatan belajar mengajar dalam kurikulum merupakan umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu fungsi evaluasi dipergunakan untuk pelaksanaan program pengajaran remedial bila tujuan program pengajaran tidak tercapai.
Dengan melihat uraian di atas maka pengajaran remedial atau remedial teaching memegang peranan, khususnya dalam rangka mencapai hasil belajar yang optimal. Pengajaran remedial merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara keseluruhan dan merupakan bagian program yang tak terpisahkan dari program pembelajaran. Oleh karena itu, menurut Ahmadi & Supriyono (2004:150), pengajaran remedial perlu dikuasai setidak-tidaknya dikenal oleh guru mata pelajaran maupun petugas bimbingan penyuluhan (guru BP) di setiap satuan pendidikan.
Uraian di atas juga menunjukan bahwa program pengajaran remedial perlu dilaksanakan, dapat dilihat dari segi :
    a.    Siswa
Kenyataan menunjukkan dalam proses belajar mengajar selalu dijumpai anak yang berbakat, kemampuan tinggi, ada yang kurang berbakat, ada yang cepat, ada yang lambat, disamping latar belakang mereka yang berbeda-beda. Atas dasar ini perlu ada pelayanan yang bersifat individual dalam proses belajar mengajar yang menyangkut masalah bahan, metode, alat, evaluasi dan sebagainya. Ada perbedaan individual yang menjadi dasar perhatian, yaitu :



  • perbedaan kecerdasan (intelejensi)



  • perbedaan hasil belajar (achievement)



  • perbedaan bakat (aptitude)



  • perbedaan sikap (attitude)



  • perbedaan kebiasaan (habbit)



  • perbedaan pengetahuan (knowledge)



  • perbedaan kepribadian (personality)



  • perbedaan kebutuhan (need)



  • perbedaan cita-cita (ideal)



  • perbedaan minat (interest)



  • perbedaan fisik (phisically)



  • perbedaan lingkungan (enviroment)
Oleh Mursell dalam bukunya Succesfull Teaching dikelompokan menjadi dua yaitu perbedaan secara vetikal dan perbedaan kualitatif,. Perbedaan vertikal, mencakup tinggi rendahnya kecerdasan, sedangkan perbedaan kualitatif menyangkut bakat, minat, cara kerja, tempat bekerja, dan sebagainya, Ahmadi & Supriyono (2004:150).
Atas dasar perbedaan individual ini guru-guru dalam proses belajar mengajar harus menggunakan berbagai pendekatan dengan menggunakan suatu anggapan bahwa jika siswa mendapat kesempatan belajar sesuai dengan pribadinya dapat diharapkan mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Untuk membantu digunakan pendekatan pengajaran remedial (remedial teaching).
    b.    Guru
Guru dalam belajar mengajar memiliki fungsi ganda yaitu sebagai instruktur, konselor, petugas psikologi, sebagai media, sebagai fasilitator dan sebagainya.Dalam fungsinya yang ganda ini guru bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pengajaran khususnya peningkatan prestasi belajar. Dan, pengajaran remedial merupakan peluang yang besar bagi setiap siswa untuk mencapai prestasi belajar secara optimal

 
    c.    Proses Pengajaran
Dalam proses pendidikan, bimbingan dan penyuluhan merupakan kelengkapan dari keseluruhan proses atau pelaksanaan program. Untuk melaksanakan pelayanan bimbingan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar diperlukan pelayanan khusus. Salah satu bentuk pelayanan BP yaitu pengajaran remedial (remedial teaching)

 
Sejarah Perkembangan Pendidikan dan Pengajaran Remedial

 
Dalam Wijaya (2000:46) dikatakan bahwa pendidikan dimasa lampau diartikan sebagai proses individual bukan proses kelompok. Pengajaran yang dilakukan guru untuk murid-muridnya diselenggarakan secara perseorangan. Siswa yang mendapat kesulitan belajar di sekolah dan dirumah semuanya telah dapat dipecahkan oleh guru pada saat berlangsung pengajaran di sekolah. Kurikulum yang disediakan tidak memuat program khusus yang diarahkan untuk kepentingan pengembangan potensi perseorangan, sehingga keberadaan kasus pada saat itu hanya dapat dirasakan oleh adanya perbedaan-perbedaan dan kesenjangan-kesenjangan tingkah laku yang muncul sewaktu-waktu. Untuk menjembatani perbedaan-perbedaan diciptakan pelayanan sistematis dan terarah untuk kepentingan penanggulangan kasus, bersifat mendadak, dan kurikulumnya juga dibuat mendadak, diberi nama kurikulum muatan kecelakan (accident prone curriculum). Bantuan yang diberikan berupa pelayanan ambulan untuk kepentingan individu yang mendapat kecelakaan.
Pada tahun 1930-an, pakar psikologi berpendapat bahwa kemampuan (ability) bisa diukur dan pengelompokan siswa bisa dilakukan sehingga pengajaran klasikal dapat diselenggarakan. Kurikulum dibuat sesuai dengan kebutuhan individu dan kelompok. Pada tahun 1940, program pendidikan dan pengajaran remedial mulai terorganisasi melalui kebijakan-kebijakan pemerintah dan butir-butir aspirasinya dimasukkan ke dalam UU Pendidikan. Alat ukur pendidikan dibuat sedemikian rupa dengan maksud untuk pengembangan cita-cita di atas. Gerakan pendidikan dan pengajaran remedial memberikan harapan baik terhadap murid-murid yang mengalami kesulitan belajar.
Pada tahun 1978 Warnock melaporkan hasil penemuannya tentang ketiadaan perbedaan antara pendidikan remedial dan pendidikan khusus. Pada tahun 1981, Undang-Undang Pendidikan di Amerika menghendaki pengkajian yang mendalam terhadap pendidikan khusus dan kebutuhan-kebutuhan belajar siswa, sehingga jenis dan hakikat bantuan tambahan yang diberikan itu dapat diidentifikasi secara cermat.
Antusiasisme yang disampaikan bangsa-bangsa di dunia terhadap konsepsi pendidikan dan pengajaran remedial mengundang keinginan untuk mendirikan organisasi dalam bidang pendidikan remedial. Usaha mereka berfokus pada upaya pengintegrasian siswa yang lemah mental dan fisik, disamping memberikan perhatian khusus terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Dari uraian di atas tentang perkembangan pendidikan dan pengajaran remedial dapat disimpulkan bahwa :

 
1.    Gerakan pendidikan dan pengajaran remedial melejit maju dari konsepsi lama mengenai pelayanan ambulan ke konsepsi baru mengenai pengintegrasian kembali siswa yang mendapat kesulitan belajar ke dalam kelas biasa (ordinary class).
2.    Pergeseran upaya bimbingan kuratif ke preventif
3.    Pengintegrasian kembali siswa lamban belajar ke dalam kelas biasa mengundang perhatian khusus di bidang organisasi sekolah, sistem pengelolaan kelas, pengkajian tentang kebutuhan siswa dan kurikulum yang relevan.

 
Pendekatan dan Metode dalam Pengajaran Remedial

 
    1.     Pendekatan dalam Pengajaran Remedial
Dalam Ahmadi&Supriyono (2004:179) ditulis, ada tiga tipe pendekatan dalam pengajaran remedial yaitu pendekatan yang bersifat kuratif, pendekatan yang bersifat preventif, dan pendekatan yang bersifat pengembangan. Dari tiga tipe penndekatan tersebut, pendekatan yang bersifat kuratif lebih memungkinkan untuk dapat digunakan dalam pembelajaran remedial.
Pendekatan ini diadakan mengingat pada kenyataannya ada seseorang atau sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar . Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan pengulangan, pengayaan, dan percepatan.
     
    1)     Pengulangan
Pengulangan dapat dilakukan dengan berbagai tingkatan sesuai dengan diagnostiknya, yaitu :
    a)    Pada setiap akhir pertemuan.
    b)    Pada setiap akhir unit pelajaran
    c)    Pada setiap akhir unit program studi
        Pelaksanaaan dapat secara :
        a)    Individual kalau yang mengalami kesulitan terbatas
    b)    Kelompok kalau ternyata sejumlah siswa dalam bidang studi tertentu mempunyai jenis/sifat kesalahan atau kesulitan bersama
        Waktu dan cara pelaksanaannya :
    a)    Diadakan pertemuan kelas biasa berikutnya, bila sebagian/seluruh kelas mengalami kesulitan sama, dengan bahan pengajaran sama, latihan/penugasan/soal sejenis dan diadakan pengukuran kembali untuk mendeteksi hasil peningkatan ke arah kriteria keberhasilan
    b)    Diadakan di luar jam pertemuan biasa, bila yang mengalami kesulitan hanya sejumlah siswa tertentu (waktu sore, waktu istirahat dan sebagainya) atau diberikan pekerjaan rumah dan dikoreksi oleh guru sendiri
    c)    Diadakan kelas remedial (kelas khusus), bagi siswa yang mengalami kesulitan khusus dengan bimbingan khusus, atau diadakan pengulangan total kalau ternyata dibawah kriteria keberhasilan minimum.

 
    2)    Pengayaan
    Layanan ini dikenakakan pada siswa yang kelemahannya ringan dan secara akademik mungkin termasuk berbakat, dengan cara :
    -    Pemberian tugas/pekerjaan rumah
    -    Pemberian tugas/soal dikerjakan di kelas

 
    3)     Percepatan (akselerasi)
    Layanan ini ditujukan kepada siswa yang berbakat tetapi menunjukan kesulitan psikososial (ego emosional).
    -    Bila ternyata keseluruhan bidang studi unggul dibandingkan kelompoknya dapat dinaikan ke tingkat yang lebih tinggi.
    -    Bila hanya beberapa bidang studi untuk bidang studi ini dapat diteruskan (maju berkelanjutan/continous program)

 
    2.    Metode dalam Pengajaran Remedial

 
        Metode yang digunakan dalam pengajaran remedial yaitu metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan belajar dari tingkat identifikasi sampai dengan tindak lanjut. Metode yang dapat digunakan yaitu :

 
    a.    Tanya Jawab
        Metode ini digunkan dalam rangka pengenalan kasus untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitannya. Serangkaian tanya jawab dapat membantu siswa dalam memahami dirinya, mengetahui kelebihan/kekurangannya, memperbaiki cara-cara belajar. Tanya jawab dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Metode ini dalam rangka pengajaran remedial memungkinkan terjalin hubungan guru dan siswa sehingga dapat :



  • meningkatkan motivasi belajar



  • menciptakan kondisi yang menunjang pelaksanaan penyuluhan



  • menumbuhkan rasa harga diri

 
    b.    Diskusi
        Metode ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami oleh kelompok siswa. Kebaikan metode ini dalam rangka pengajaran remedial yaitu sebagai berikut :
    1)    Setiap individu dalam kelompok dapat mengenal diri dan kesulitannya
    2)    Interaksi dalam kelompok menumbuhkan sikap percaya diri
    3)    Mengembangkan kerja sama antar pribadi
    4)    Menumbuhkan rasa tanggung jawab

 
    c.     Metode Tugas
        Metode ini dapat digunakan dalam rangka mengenal kasus dan dalam rangka memberikan bantuan . Dengan pemberian tugas tertentu baik secara individual maupun secara kelompok siswa yang mengalami kesulitan dapat ditolong.Dengan metode ini siswa diharapkan dapat lebih memehami dirinya, memperluas pendalaman meteri yang dipelajari, memperbaiki cara-cara belajar.

 
    d.     Kerja Kelompok
        Metode ini dapat hampir sama dan dapat bersamaan dengan metode pemberian tugas dan metode diskusi. Yang penting adalah interaksi di antara anggota kelompok dengan harapan terjadi perbaikan pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar.
 
 
    e.    Tutor Sebaya
    Tutor adalah siswa sebaya yang ditunjuk/ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antar teman lebih dekat dibandingkan hubungan guru –siswa. Dengan petunjuk dari guru, tutor ini membantu temannya yang mengalami kesulitan . Pemilihan tutor didasarkan atas prestasi, punya hubungan sosial baik dan cukup disenangi teman-teman. Tutor berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok sebagai pengganti guru. Metode tutor memiliki kebaikan sebagai berikut :
1)    Adanya hubungan dekat dan akrab
2)    Bagi tutor merupakan kegiatan pengayaan.
3)    Dapat meningkatkan rasa tanggung jawan dan kepercayaan diri.
    f.    Pengajaran Individual
        Pengajaran individual adalah interaksi antara guru-siswa secara individual dalam proses belajar mengajar. Pendekatan metode ini bersifat individual sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa. Materi yang diberikan dapat berupa pengulangan, materi baru atau pengayaan dari apa yang telah dimiliki siswa.
        Pengajaran individual ini bersifat teaputik, artinya mempunyai sifat penyembuhan dengan cara memperbaiki cara-cara belajar siswa. Untuk memiliki kemampuan membimbing dan bersikap sabar, ulet, rela, bertanggung jawab, menerima dan memahami dan sebagainya.

 
    3.     Prosedur Pelaksanaan Remedial Teaching
        Remedial teaching yang merupakan salah satu bentuk bimbingan belajar, menurut Ahmadi&Supriyono (2004:185) dapat dilaksanakan dengan prosedure sebagai berikut :

 
    a.    Meneliti Kasus (Diagnosis)
        Tujuan penelitian kasus adalah agar memperoleh gambaran yang jelas mengenai kasus tersebut, serta cara dan kemungkinan pemecahannya. Berdasarkan atas penelitian kasus akan dapat ditentukan murid-murid yang perlu mendapatkan remedial teaching. Selanjutnya dalam domain apa siswa mengalami kesulitan apakah kognitifnya, afektif atau psikomotornya. Dalam langkah pertama ini juga dibahas mengenai faktor-faktor penyebab kesulitan murid, baik yang berasal dari diri sendiri maupun yang berasal dari luar dirinya.
        Penyebab kesulitan yang berasal dari dalam misalnya :
        -    Tingkat kecerdasan
        -     Motivasi untuk berprestasi.
        -    Sikap dalam belajar
        -    Kebiasaan belajar
        -    Penguasaan pengetahuan dasar
        Penyebab kesulitan yang berasal dari luar, misalnya ;



  • Keterbatasan sumber belajar.



  • Kecocokan dengan program yang diambil



  • Kurang tepat cara mengajar



  • Fasilitas yang terbatas



  • Kurang serasi hubungan guru dengan murid



  • Pengaruh lingkungan terhadap belajar.
        Untuk memperoleh data yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi kasus dapat lakukan dengan teknik tes dan teknik non-tes. Surya (1984:114). Teknik tes adalah pengumpulan data dengan menggunakan tes yang sudah baku, antara lain :



  1. Tes psikologis, seperti tes kecerdasan, tes kepribadian, tes minat dan sebagainya,



  2. Tes diagnosis, yaitu digunakan untuk mengetahui kelemahan atau kekurangan yang dihadapi murid,



  3. Tes prestasi belajar, yaitu tes yang dipergunakan untuk mengukur hasil belajar yang telah dicapai murid.
        Teknik non-tes adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan alat yang tidak tergolong tes yang baku, antara lain :



  1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap sustu kegiatan baik langsung maupun tidak langsung.



  2. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang telah tersimpan dalam dokumen tertentu.



  3. Biografi, yaitu mengumpulkan data berdasarkan riwayat hidupnya



  4. Sosiometri, yaitu suatu teknik pengumpulan data untk mengetahui pola-pola hubungan sosial antar murid.



  5. Angket atau kuesioner, yaitu pengumpul data dengan menggunakan seperangkat pertanyaan yang diajukan secara tertulis dan dijwab secara tertulis.



  6. Wawancara, yaitu mengumpulkan data melalui komunikasi secara lisan

 
    b.     Menentukan Tindakan/Perlakuan
    Langkah ini sebagai kelanjutan dari langkah pertama, dilakukan usaha-usaha untuk menentukan karakteristik kasus yang ditangani tersebut. Setelah karakeristik kasus ditentukan, maka tindakan pemecahannya perlu dipikirkan, yaitu sebagai berikut :

 
1)    Kalau kasusnya ringan, tindakan yang ditentukan adalah remedial teaching
2)    Kalau kasusnya cukup dan berat, maka sebelum diberikan remedial teaching harus diberi layanan konseling lebih dahulu, yaitu untuk mengatasi hambatan-hambatan emosional yang mempengaruhi cara belajarnya.

 
        Berdasarkan atas karakteristik kasus tersebut maka pada tahap kedua ini adalah membuat keputusan tentang cara mana yang harus dipilih. Beberapa pertimbangan yang dapat dipakai dalam mengambil keputusan adalah :
1)    Faktor efektivitas, yaitu ketepatan tercapainya tujuan pengajaran remedial.
2)    Faktor efisiensi, yaitu sedikit tenaga, bea dan waktu yang dipergunakan namun hasilnya optimal.
3)    Faktor kesusilaan dengan jenis masalah, sifat individu, fasilits dan kesempatam yang tersedia.

 
    c.    Pemberian Layanan Khusus.
        Pemberian layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling. Tujuan dari layanan khusus bimbingan dan penyuluhan ini adalah mengusahakan agar murid yang menjadi kasus itu terbebas dari hambatan mental emosional (ketegangan batin), sehingga kemudian siap mengahadapi kegiatan belajar secara wajar. Dalam hal ini dapat dilakukan oleh petugas BP atau psikolog ataupun koselor pada bidangnya. Tetapi ada kalanya kasus ini dapat dilakukan guru sendiri bila masalah yang diahadapinya sebagai berikut :
1).    Kasus yang mempunyai latar belakang kurang motivasi dan minat belajar.
2).    Kasus yang mempunyai latar belakang sikap negatif terhadap guru.
3).    Kasus yang mempunyai latar belakang ketidak cocokan antara kedaan pribadi dengan lingkungannya dan programnya
4).    Kasus yang mempunyai latar belakang kebiasaan belajar yang salah.

 
    d.    Pelaksanaan Remedial Teaching.
        Setelah terciptanya pra kondisi seperti pada langkah (c) maka kemudian dapat dilaksanakan remedial teaching. Sasaran pokok pada langkah ini adalah peningkatan prestasi maupun kemampuan menyesuaikan diri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh guru.

 
    e.    Melakukan Pengukuran Ulang.
        Setelah dilaksanakan pengajaran remedial, maka selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap perubahan pada diri siswa yang bersangkutan, tercapai atau belum apa yang telah direncanakan dalam kegiatan remedial teaching. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan pengukuran kembali dengan tes seperti yang dipergunakan dalam proses belajar biasa.

 
    f.    Melakukan Re-Evaluasi dan Re-Diagnosis
        Hasil pengukuran pada langkah ke-5 kemudian ditafsirkan dengan membandingkan dengan kriteria seperti pada proses belajar yang sesungguhnya. Hasil penafsiran dapat terjadi 3 kemungkinan, yaitu :
1)     Kasus menunjukkan kenaikan prestasi yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang diharapkan, selanjutnya dilanjutkan program berikutnya.
2)    Kasus menunjukkan kenaikan prestasi, namun belum memenuhi kriteria yang yang diharapkan, diserahkan pada pembimbing untuk diadakan pengayaan.
3)    Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti dalam hal prestasi, selanjutnya dilakukan diagnosis lagi untuk mengetahui letak kelemahan remedial teaching selanjutnya diadakan ulangan dengan altrnatif yang sama.
 
 

0 comments: