Teaching Physics, in The Class

| |

Teaching Physics, in The Class

Oleh : Pristiadi Utomo


PERMASALAHAN
Permasalahan artikel ini adalah bagaimana menjadi guru Fisika yang baik. Artikel ini mencoba mengungkapkan kiat-kiat menjadi guru Fisika yang baik. Kategori baik di artikel ini disoroti dalam proses pembelajaran Fisika di kelas. Tidak cukup hanya dengan mempersiapkan pembelajaran di waktu sebelumnya, keberhasilan guru Fisika dalam proses pembelajaran di kelas ditentukan banyak kriteria. Kriteria-kriteria tersebut tidak selamanya rumit dan menyulitkan untuk dilakukan oleh guru-guru Fisika secara umum termasuk guru-guru Fisika di Indonesia. Justru hal-hal seperti itulah yang sering luput dari perhatian guru-guru Fisika selama proses pembelajaran di kelas.

HASIL YANG DIPEROLEH
Ada tujuh kriteria yang harus dipedomani oleh setiap guru Fisika agar memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam proses pembelajaran Fisika di kelas. Di antaranya sebagai berikut.
1. Waktu (time).
Usahakan peduli untuk tiba di kelas di awal waktu pembelajaran, karena harus yakin bahwa papan tulis bersih dan dilengkapi dengan peralatan untuk menulis. Selain itu perlu untuk mengecek segala yang diperlukan dalam proses pembelajaran siap dan berfungsi, misalnya mikropon dan loudspeaker, proyektor untuk film atau slide. Juga harus yakin bahwa peralatan untuk demonstrasi dirangkai dengan pantas dan berfungsi. Jika harus membagikan hand out materi tertulis untuk siswa, saat awal pembelajaran seperti inilah waktunya. Biasanya waktu tiba lebih awal itu 5 menit sebelum pembelajaran dimulai dirasa cukup.
Jangan biarkan siswa mengalihkan perhatian guru dengan pertanyaan-pertanyaan yang berbeda sebelum proses pembelajaran. Hal itu tidak dalam waktu yang semestinya, dan guru dapat meminta maaf namun seyogyanya jangan kasar.
Jika telah merencanakan tiba di kelas lebih awal, namun menemukan guru mata pelajaran sebelumnya masih mengajar, cobalah mengatakan padanya betapa menyesalnya Anda, tetapi waktunya telah habis dan Anda harus mengadakan beberapa persiapan. Jika Anda membiarkannya, berarti kehilangan waktu yang direncanakan dan kemungkinan hal itu akan terjadi lagi di lain kesempatan. Jika Anda tegas, mungkin hal itu tidak akan terjadi lagi. Apabila guru mataa pelajaran sebelumnya ada di kelas namun hanya bercakap-cakap dengan siswa, hal ini tidak menghalangi Anda untuk mengerjakan persiapan-persiapan yang diperlukan pembelajaran di kelas itu.
Menyelesaikan pembelajaran tepat pada waktunya adalah penting, karena siswa membutuhkan jeda waktu / istirahat, setidaknya merentangkan kaki dan tangannya atau untuk keperluan apapun lainnya. Juga jangan melakukan kepada guru lain apa-apa yang kita tidak suka jika hal itu juga menimpa kita.
Janganlah memulai pembelajaran dengan proyeksi dan demonstrasi yang memerlukan penggelapan, karena pada permulaan pembelajaran dan sesudah jeda waktu, ada siswa yang tiba di kelas terlambat dan membuka pintu kelas yang gelap menimbulkan kebingungan.
Di lain hal jangan menghabiskan waktu untuk mengulang-ulang pelajaran, kecuali untuk kepentingan klarifikasi. Memang benar bahwa “pengulangan adalah ibu dari semua pengetahuan”, tetapi biarkan siswa-siswa melakukan pengulangan ketika mereka mempelajari kembali materi pelajaran.
2. Menulis di papan tulis (writing on the board).
Komunikasi tertulis dengan siswa seharusnya dilakukan dalam rangka memberi kesempatan siswa untuk mencatat dan menggali materi pelajaran. Para siswa harus melihat sebelum penglihatan logisnya dan pengembangan matematis dari pelajaran, serta tidak hanya memperoleh sepotong informasi. Hal itu sebaiknya dilakukan dengan tulisan tangan di papan tulis (tidak masalah dengan memakai warna).
Pada permulaan pembelajaran, guru harus yakin dengan memeriksa saklar lampu, tirai/korden, bahwa papan tulis tidak memperoleh pantulan cahaya yang kuat, yang membuat kesulitan siswa untuk melihat teks tulisan. Gunakanlah potensi ruangan papan tulis dengan benar untuk urutan tulisan, janganlaah melompat-lompat dalam ruang-ruang kosong tak berurutan, yang akhirnya menyebabkan tidak mungkin bagi siswa untuk mengikuti pelajaran. Sebaiknya bagilah papan tulis menjadi beberapa ruang yang akan menjadi halaman tulisan dengan membuat garis vertikal seperlunya. Jika papan tulis telah penuh mulailah kembali dari halaman pertama papan tulis dengan menghapus seperlunya. Jika masih memerlukan rumus yang hendak dihapus maka tulis kembali rumus itu di tempat lain.
Hal penting yang perlu diingat bahwa, kita para guru Fisika ini tidaklah transparan, maka janganlah memposisikan diri sehingga selalu menghalangi tulisan di papan tulis, termasuk pada saat sedang menulispun.
Papan tulis selamanya tuli dan bisu, maka janganlah berbicara menghadap papan tulis, karena bisa jadi siswa tidak mendengar kecuali guru memakai mikropon. Balikkanlah badan berputar menghadapi audien bila menjelaskan apa saja yang Anda tulis.
3. Suara dan berisik (voice and noice).
Sangat alami menjumpai suara berisik dalam pembelajaran di kelas. Kelas bukan arena konser. Di kelas ada pertanyaan, jawaban dan pertukaran informasi diantara para siswa. Suara berisik itu seharusnya cukup rendah dan justru tidak mencegah suara guru yang harus didengar oleh audien. Cara pengatasannya bisa dengan mempertinggi suara guru atau mengurangi keberisikan. Guru berteriak-teriak bukan pemecahan masalah. Mempertinggi suara guru dengan menggunakan mikropon dan loudspeaker adalah pemecahan yang tepat terutama untuk ruang kelas besar dengaan banyak siswa. Sebaaiknya mikropon yang digunakan adalah wireless/tanpa kabel penghubung. Mengurangi keberisikan siswa adalah meminta audien tenang dan jangan memulai bicara sebelum benar-benar tenang.
Suara guru yang monoton jelas akan membuat para siswa bosan, maka dari itu guru harus menggunakan ekspresi intonasi/feeling.
4. Partisipasi murid (participation of the student).
Dalam proses pembelajaran para siswa juga mengambil peran di kelas, tidaak hanyaa sebagai audien belajar pasif, tetapi juga aktif menyampaiakan pertanyaan, berdiskusi dan berpartisipasi dalam demonstrasi. Proses pembelajaran tidak lengkap tanpa dibolehkannya dan siswa berkeinginan mengajukan pertanyaan. Biarkanlah siswa bertanya pada saatnya dalam proses pembelajaran, guru dapat mengisyaratkaan siswa untuk mulai bertanya, atau bila masih dalam alur pembicaraan atau pemikiran, mintalah siswa menunggu sampai selesai baru disilakan bertanya.
Setiap pertanyaan seharusnya diulang dengan jelas oleh guru untuk audien. Ketika seorang siswa bertanya, Ia berhadapan muka dengan guru bukan dengan teman-temannya, sehingga Ia tidak didengar dengan baik oleh teman-temannya. Akan sangat sukar baagi teman-temanya yang mendengar jawaban untuk memahaminya tanpa tahu apa pertanyaannya. Dalam banyak hal suatu pertanyaan didengar banyak orang, berikutnya tidak akan ditanyakan lagi.
Setiap pertanyaan harus ditanggapi dengan serius dan dijawab dengaan penjelasan yang sejelas-jelasnya. Terkadang siswa bertanya tanpa spesifikasi apapun, maka guru dapat meminta siswa tersebut untuk memberikan pertanyaannya lebih spesifik.
5. Kejelasan dan kesenangan (clarity and fun).
Setiap topik yang menjadi pembelajaran sebaiknya disampaikan dalam atmosfer kejelasan dan kesenangan dari para siswa. Setiap pelaajaran dapat dibuat lebih atraktif dan menarik, jika guru bertanya dari waktu ke waktu dengan pertanyaan yang menantang berdasar pemikiran materi yang manadapat dijawab tanpa perhitungan.
Humor menolong untuk mengimprovisasikan atmosfer pembelajaran. Kata-kata lucu atau pertanyaan lucu yang diulang dengan keras oleh guru dapat membawa suasana relaks. Kelucuan yang menyangkut materi pelajaran selalu bisa dihadirkan, atau dapat juga menghadirkan anekdot lucu, asal tidak berlebihan.
6. Ulangan yang keras (exam’s sweat).
Buatlah ulangan yang terbaik yang para guru bisa lakukan namun jangan semuanya pembuktian. Ulangan itu harus membuat setiap siswa mengerti apa yang dimasalahkan dan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, dalam arti siswa tahu kemampuannya untuk memecahkan atau tidak masalah yang ditanyakan.
Bila guru telah menyiapkan kunci jawaban dan ingin mengumumkannya, maka siswa harus diberitahu saat ulangan bahwa kunci jawaban akan di pasang di papan pengumuman. Paling-paling waktu diumumkan para siswa berkomentar “ wah … terlambat”.

7. Akhir yang menyenangkan (happy end).
Dalam mengelola kelas atau lab sebagai guru yang baik, guru harus mampu membuat persiapan yang cermat, jangaan mentolerir kesalahan sedikitpun. Hanya saat guru relaks Ia dapat peduli untuk mengimplementasikan teknik pembelajaran yang berbeda dan mengelola kelas dengan suasana menyenangkaan, yang dapat meningkatkan kemampuannya sebagai guru.
Sesudah mampu tampil di depan kelas dengan baik sebagai one-man show, guru dapat menulis naskah tentang pembelajaran atau pengalaman keterampilan mengajarnya. Barangkali bersama komite/musyawarah guru-guru meninjau dan mengevaluasi kurikulum atau silabus.
KESIMPULAN
Artikel ini memasalahkan tema aktual yang dialami guru-guru Fisika pada umumnya, terutama yang memiliki pengalaman belum lama yaitu kurangnya abilitas dan kapabilitas menyampaikan pembelajaran di dalam kelas. Pengelolaan kelas dari persiapan jauh sebelumnya mengenai materi pelajaran dan persiapan 5 menit sebelum proses pembelajaran dimulai, saat tampil selama proses pembelajaran, maupun sesudahnya banyak dikupas artikel ini dengan tepat dan banyak ditambahkan yang sesuai pengalaman penulis artikel. Namun di lain pihak artikel ini tidak membahas teknik pembelajaran topik per topik dari materi pembelajaran Fisika. Hal mana dirasa perlu karena masing-masing materi konsep Fisika memerlukan teknik instruksionaal atau pembelajaran yang tepat.
Pada dasarnya artikel ini bukan hasil penelitian yang kesimpulannya ditarik dari data-data yang diolah, melainkan artikel konseptual yang didasarkan pada pengalaman penulis yang mempunyai jam terbang cukup lama di bidangnya. Dengan demikian di beberapa bagian artikel ini terkesan subyektif, dan belum tentu cocok dapat dilakukan di tempat yang berbeda, oleh orang yang berbeda.

0 comments: