Tata Surya - Pemetaan Sistem Tata Surya

| |
0 comments

Tata Surya - Pemetaan Sistem Tata Surya -
Read More

Sistem Antariksa dan Konfigurasinya

| |
0 comments

Sistem Antariksa dan Konfigurasinya -
Read More

Percobaan Difraksi Elektron

| |
0 comments

Difraksi Elektron -
Read More

Paul Dirac

| |
0 comments

Paul Dirac: Si Jenius Dalam Sejarah Fisika
Read More

Keterampilan Berpikir Kritis

| |
5 comments
Oleh: Ratna Yuniar HB.




Proses belajar diperlukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Dalam proses belajar terdapat pengaruh perkembangan mental yang digunakan dalam berpikir atau perkembangan kognitif dan konsep yang digunakan dalam belajar.

Beberapa pengertian mengenai keterampilan berpikir kritis diantaranya :

1. Menurut Beyer (Filsaime, 2008: 56) berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-penyataan, ide-ide, argumen, dan penelitian)’

2. Menurut Screven dan Paul serta Angelo (Filsaime, 2008: 56) memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penuntun menuju kepercayaan dan aksi.

3. Rudinow dan Barry (Filsaime, 2008: 57) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses yang menekankan sebuah basis kepercayaan-kepercayaan yang logis dan rasional, dan memberikan serangkaian standar dan prosedur untuk menganalisis, menguji dan mengevaluasi.

4. Menurut Halpern (Rudd et al, 2003 : 128) mendefinisikan critical thingking as ‘...the use of cognitive skills or strategies that increase the probability of desirable outcome.’

5. Sedangkan menurut Ennis (1996). “Berpikir kritis adalah sebuah proses yang dalam mengungkapakan tujuan yang dilengkapi alasan yang tegas tentang suatu kepercayaan dan kegiatan yang telah dilakukan.”


Berdasarkan pengertian-pengertian keterampilan berpikir kritis di atas maka dapat dikatakan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir yang melibatkan proses kognitif dan mengajak siswa untuk berpikir reflektif terhadap permasalahan.

Pada dasarnya keterampilan berpikir kritis (abilities) Ennis (Costa, 1985 : 54) dikembangkan menjadi indikator-indikator keterampilan berpikir kritis yang terdiri dari lima kelompok besar yaitu:

1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification).

2. Membangun keterampilandasar (basic support).

3. Menyimpulkan (interference).

4. Memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification).

5. Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics).

Dari masing-masing kelompok keterampilan berpikir kritis di atas, diuraikan lagi menjadi sub-keterampilan berpikir kritis dan masing-masing indikatornya dituliskan dalam Tabel berikut:


Aspek Keterampilan Berpikir Kritis menurut Ennis
Keterampilan Berpikir Kritis
Sub Keterampilan Berpikir Kritis
Aspek
1. Memberikan Penjelasan dasar
1. Memfokuskan pertanyaan a.Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu pertanyaan 
b.Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin 
c.Menjaga pikiran terhadap situasi yang sedang dihadapi
2. Menganalisis argumen
       
a.Mengidentifikasi kesimpulan
b.Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan
c.Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan
d.Mencari persamaan dan perbedaan
e.Mengidentifikasi dan menangani ketidakrelevanan
f.Mencari struktur dari sebuah pendapat/argumen
g.Meringkas

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang
a.Mengapa? 
b.Apa yang menjadi alasan utama? 
c.Apa yang kamu maksud dengan?
d.Apa yang menjadi contoh? 
e.Apa yang bukan contoh? 
f.Bagaiamana mengaplikasikan kasus tersebut?
g.Apa yang menjadikan perbedaannya? 
h.Apa faktanya? 
i.Apakah ini yang kamu katakan?
j.Apalagi yang akan kamu katakan tentang itu?
2. Membangun Keterampilandasar
4. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak?
a.Keahlian 
b.Mengurangi konflik interest 
c.Kesepakatan antar sumber 
d.Reputasi 
e.Menggunakan prosedur yang ada 
f.Mengetahui resiko 
g.Keterampilan memberikan alasan 
h.Kebiasaan berhati-hati
5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
a.Mengurangi praduga/menyangka 
b.mempersingkat waktu antara observasi dengan laporan 
c.Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri 
d.Mencatat hal-hal yang sangat diperlukan 
e.penguatan 
f.Kemungkinan dalam penguatan 
g.Kondisi akses yang baik 
h.Kompeten dalam menggunakan teknologi 
i.Kepuasan pengamat atas kredibilitas kriteria
3. Menyimpulkan
6. Mendeduksi dan mempertimbangkan deduksi
a.Kelas logika 
b.Mengkondisikan logika 
c.Menginterpretasikan pernyataan
7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi
a.Menggeneralisasi 
b.Berhipotesis
8. Membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan
a.Latar belakang fakta 
b.Konsekuensi 
c.Mengaplikasikan konsep ( prinsip-prinsip, hukum dan asas) 
d.Mempertimbangkan alternatif 
e.Menyeimbangkan, menimbang dan memutuskan
4. Membuat penjelasan lebih lanjut
9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi
Ada 3 dimensi:
a.Bentuk : sinonim, klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan noncontoh 
b. Strategi definisi 
c. Konten (isi)
10 . Mengidentifikasi asumsi
a.Alasan yang tidak dinyatakan
b.Asumsi yang diperlukan: rekonstruksi argumen
  
5. Strategi dan taktik
11. Memutuskan suatu tindakan
a.Mendefisikan masalah 
b.Memilih kriteria yang mungkin sebagai solusi permasalahan 
c.Merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi 
d.Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan 
e.Merivew 
f.Memonitor implementasi
12. Berinteraksi dengan orang lain
a.Memberi label 
b.Strategi logis 
c.Srtrategi retorik 
d.Mempresentasikan suatu posisi, baik lisan atau tulisan
(Costa, 1985 : 54).

Bloom (Filsaime, 2008 :74) mendaftar enam tingkatan berpikir kritis dari tingkatan berpikir kritis yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Daftar tersebut mulai dengan pengetahuan dan bergerak ke atas menuju penguasaan, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pendagogi berpikir kritis selalu mengacu pada teori Bloom.

Menurut Bloom (Filsaime, 2008 :75) Seseorang harus menguasai satu tingkatan berpikir sebelum dia bisa menuju ke tingkatan atas berikutnya. Alasannya adalah kita tidak bisa meminta seseorang untuk mengevaluasi jika dia tidak mengetahui, tidak memahaminya, tidak bisa menginterpretasikannya, tidak bisa menerapkannya, dan tidak bisa menganalisanya.

“Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir konvergen, yaitu menuju ke satu titik” (Supraptojiel, 2008: 2). Dan berpikir kritis dapat dikatakan sama dengan ranah kognitif pada tingkat hapalan/pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4) sesuai dengan pernyataan berikut :

In covergent thingking the correct answere to a problem or question can be known in advance since it is fixed by the requirements of the subject matter or the problem or both. Knowledge (C1), comprehension (C2), application (C3), and Analysis (C4) can be regarded as convergent thinking (Bloom et. al, 1971 :244).

sumber:
Costa, A. L. (1985). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia : Association for Supervision and Curriculum Development.
Ennis, R. (1996). Critical Thinking. New Jersey : Simon & Schuster / A Viacom Company.
Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Rudd, R. D and Moore, L. (2003). “Undergraduate Agriculture Student Critical Thinking Abilities and Anticipied Career Goals: Is There a Relationship?”. Journal of Southern Agricultural Education Research. 53, (1), 127-139.
Supraptojiel. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. [online]. Tersedia : http://fisika21.wordpress.com/2009/11/15/keterampilan-berpikir-kritis/.[Juni : 2008]
Read More

GRAND FINAL E-Learning 2010 Tingkat Nasional

| |
1 comments


GRAND FINAL E-Learning 2010 tingkat nasional yang diadakan oleh Kemen DIknas dalam rangka Festival Pendidikan 2010 akhirnya digelar di Hotel ATlit Century Park Senayan Jakarta pada tanggal 29 Oktober 2010. Grand Final ini diikuti oleh 25 dari 2500 peserta yang terdaftar, setelah melalui seleksi oleh panitia yang ditunjuk. Dari 25 peserta dibagi menjadi 2 bidang, yakni MPP ( Media Presentasi Pembelajaran ) sebanyak 10 Finalis dan E_learning yang dibagi juga menjadi 3 , yakni E-Learning Perguruan Tinggi, E_Learning Sekolah , E-Learning Blog Guru, masing - masing 5 finalis.
Pada kesempatan tersebut masing - masing finalis mempresentasikan hasil karnyanya dihadapan juri - juri tingkat nasional yang terdiri dari dosen - dosen UNJ ( Universitas Negeri Jakarta ) UGM ( Universitas Gajah Mada ) dan UI ( Universitas Indonesia ). Kegiatan presentasi diadakan di Lantai 5 Hotel Atlet Century Park Senayan Jakarta.
Penutupan sekaligus pengumuman hasil diadakan di gedung Dikti Lantai 2 yang bersebelahan dengan hotel ATlet Century Park. Acara penutupan dihadiri oleh Wakil menteri PEndidikan, Kepala Pustekom dan lain - lain.
Pada kesempatan tersebut Wakil Menteri memberikan hadiah kepada para juara masing - masing bidang. Lebih lengkanya sebagai berikut .
FINALIS E-LEARNING BLOG GURU
1. SMA KOLESE DE BRITTO http:// istiyanto.com
2. SMPN 252 Jakarta http:// matematika252.blogsp ot.com
3. SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta http:// mrelly.blogspot.com.
4. Kelas Pak Nurhadi http:// kelaspaknurhadi.blog spot.com

Hasil akhirn setelah presentasi sebagai berikut:

1. Juara 1 Hasan Basri M.Pd SMPN 252 Jakarta
2. Juara 2 M. Ely , S.Pd SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta
3. Juara 3 Nurhadi,S.Pd SMPN 2 Babat Kab.Lamongan
FINALIS e-LEARNING pERGURUAN tINGGI
1. UNIVERSITAS GAJAH MADA http://elisa.ugm.ac.id
2. UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA http://bestmart.uny.ac.id
3. ITS http://multimedia.its.ac.id/elearning.htm
4. UNIVERSITAS INDONUSA ESA http://elearning.esaunggul.ac.id
5. UNIVERSITAS GUNADARMA http://elearning.gunadarma.ac.id
hasil akhir setelah presentasi sebagai berikut

1. Juara 1 Universitas Negeri Yogyakarta
2. Juara 2 elisa Universitas Gajah Mada
3. Juara 3 Elearning Guna darma
FINALIS E - lEARNING SEKOLAH
1. SMAN 1 CIAWI BOGOR
2. SMAN 1 TELADAN YOGYAKARTA
3. SMAN 81 JAKARTA
4. SMAN 1 PURWOKERTO
5. SMAN 1 KOTA SERANG
Hasil akhirn setelah presentasi sebagai berikut :
1. SMAN 1 TELADAN YOGYAKARTA http://sman1teladan-yog.sch.id
2. SMAN 1 CIAWI BOGOR http://www.sman1ciawi.sch.id

Sedangkan untuk MPP dari 10 finalis setelah presentasi didapatkan hasil akhirn sebagai beriktu

1. Herven Suryati SMA Bontang
2. Rafiudin , S.Pd SMA Islam Al Azhar 6 Serang
3. Darma SMAN 1 Kuta Utara Bali
(Sumber : nurahadi.blogspot.com /nurhadi.co.nr)
Read More

Pengukuran Besaran Panjang Dengan Mistar

| |
5 comments
Ada berbagai jenis mistar sesuai dengan skalanya. Mistar yang skala terkecilnya 1 mm kita sebut mistar berskala mm. Mistar yang skala terkecilnya 1 cm kita sebut mistar berskala cm. Mistar yang  biasa anda gunakan disekolah adalah mistar yang berskala mm. Satu bagian skala terkecil mistar ini adalah 1 mm atau 0,1 cm. Oleh karena itu ketelitian mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm. 
Cara mengukur dengan mistar geser:
1. Letakan benda yang akan diukur pada tepi skala mistar.
2. Pastikan bahwa benda telah sejajar dengan mistar dan salah satu ujung benda tepat berada di angka nol (0)


3. Baca skala mistar yang terletak diujung lain benda (bukan ujung yang di titik nol mistar). Contoh, benda di atas menunjukan angka 6 cm + 3 mm. Dengan demikian panjang benda tersebut adalah 6,3 cm atau 63 mm.
Read More

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

| |
9 comments
Oleh : Yeni Siti F

Think pair share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985 sebagai salah satu struktur kegiatan cooperative learning. Think pair share memberikan waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Think pair share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.

Kagan dalam (Atik Widarti :2007) menyatakan manfaat think pair share sebagai berikut:
  1. Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain, ketika mereka terlibat dalam kegiatan think pair share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.
  2. Para guru juga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan think pair share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.
Fogarty dan Robin (1996) menyatakan bahwa teknik belajar mengajar think pair share mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut:
  • Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar,
  • Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran,
  • Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan.
Dengan teknik belajar mengajar think pair share yang disebutkan Fogarty dan Robin siswa dilatih untuk banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman sebangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siawa karena siswa dituntut untuk mengikuti proses pembelajaran agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan berdiskusi.

Karakteristik pembelajaran

Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Yaitu langkah think (berpikir secara individual), pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)

1. Think (berpikir secara individual)

Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.

Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.

2. Pair (berpasangan dengan teman sebangku)


Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain.

3. Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)


Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran.

Langkah-langkah (syntaks) model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

Langkah-langkah (syntaks) model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan share. Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat dilihat pada tabel berikut.

Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
Tahap 1
Pendahuluan
-       Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
-       Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa
Tahap 2
Think
-       Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi
-       Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa
-       Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu
Tahap 3
Pair
-       Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya
-       Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan
Tahap 4
Share
-       Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru.
Tahap 5
Penghargaan
-       Siswa dinilai secara individu dan kelompok



Penjelasan dari setiap langkah adalah sebagai berikut:

a. Tahap pendahuluan


Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.

b. Tahap think (berpikir secara individual)


Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.

c. Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku)


Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.

d. Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)


Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.

e. Tahap penghargaan


Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.

Teori belajar yang melandasi model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah dan menemukan segala sesuatu untuk dirinya. 

Menurut teori konstruktivisme, siswa sebagai pemain dan guru sebagai fasilitator. Guru mendorong siswa untuk mengembangkan potensi secara optimal. Siswa belajar bukanlah menerima paket-paket konsep yang sudah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri yang mengemasnya. Bagian terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswalah yang harus aktif mengembangkan kemampuan mereka, bukan guru atau orang lain. Mereka harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.


Daftar Pustaka:
Widarti, A. (2007). Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Segi Empat Pada Siswa Kelas VII Semester 2. [Online]. Tersedia: http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/cgi-bin/library. [14 September 2009]
Fogarty dan Robin. (1996). Think/Pair/Share. [online]. Tersedia: www.Broward kl2.fl.us/Ci/Whatsnew/strategies and such/ strategies/thinkpairshare.html [2 November 2009]

Read More